Tuberkulosis (TBC atau TB)
adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh
bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh
manusia.
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang masih menjadi
perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas
TBC. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman mycobacterium
tuberculosis ini pun tinggi.
Tingkat prevalensi penderita TBC di Indonesia diperkirakan sebesar 289
per 100 ribu penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100 ribu penduduk.
Bahkan 27 dari 1.000 penduduk terancam meninggal seperti yang dilaporkan
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang dihimpun sepanjang 2011
mengenai tuberkulosis (TBC) di Indonesia.
Laporan tersebut juga meliris bahwa angka penjaringan penderita baru TBC
meningkat 8,46 persen dari 744 penderita TBC di 2010 menjadi 807 per
100.000 penduduk di 2011. Namun, kabar baiknya angka kesembuhan pada
2011 mencapai target sebesar 83,7 persen dan angka keberhasilan
pengobatan pada 2011 mencapai target sebesar 90,3 persen.
Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam
tapi tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu
makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat
disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), dan lemah.
Agar bisa mengantisipasi penyakit ini sejak dini, berikut gejala-gejala penyakit tuberculosis yang perlu Anda ketahui.
Gejala utama
Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pekan atau lebih.
Gejala tambahan yang sering dijumpai
- Dahak bercampur darah/batuk darah
- Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada
- Demam/meriang lebih dari sebulan
- Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
- Badan lemah dan lesu
- Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan
"Paling mudah untuk mengetahui seseorang terkena tuberkulosis jika dia
berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas. Walaupun tidak
bisa langsung ditetapkan tuberkulosis karena harus didiagnosis, tapi itu
salah satu pertanda. Jika Anda lemas, batuk tak berhenti, nyeri pada
dada, dan keringat pada malam hari, langsung segera periksa," tambah dr
Arifin Nawas Sp(P), salah seorang tenaga ahli klinis tuberkulosis di
RSUP Persahabatan di tempat sama.
Menurutnya, untuk memastikan seseorang terkena TB atau tidak, tim medis
melakukan diagnosis dengan mengadakan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung (BTA) dan gambaran radio logis (foto rontgen).
Penyebab Infeksi TBC
Penyakit ini diakibatkan infeksi kuman mikobakterium tuberkulosis yang
dapat menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar
getah bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat
mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang
menyebabkan kematian tertinggi di negeri ini.
Kali ini yang dibahas adalah TBC paru. TBC sangat mudah menular, yaitu
lewat cairan di saluran napas yang keluar ke udara lewat batuk/bersin
& dihirup oleh orang-orang di sekitarnya. Tidak semua orang yang
menghirup udara yang mengandung kuman TBC akan sakit.
Pada orang-orang yang memiliki tubuh yang sehat karena daya tahan tubuh
yang tinggi dan gizi yang baik, penyakit ini tidak akan muncul dan kuman
TBC akan "tertidur". Namun,pada mereka yang mengalami kekurangan gizi,
daya tahan tubuh menurun/ buruk, atau terus-menerus menghirup udara yang
mengandung kuman TBC akibat lingkungan yang buruk, akan lebih mudah
terinfeksi TBC (menjadi 'TBC aktif') atau dapat juga mengakibatkan kuman
TBC yang "tertidur" di dalam tubuh dapat aktif kembali (reaktivasi).
Infeksi TBC yang paling sering, yaitu pada paru, sering kali muncul
tanpa gejala apa pun yang khas, misalnya hanya batuk-batuk ringan
sehingga sering diabaikan dan tidak diobati. Padahal, penderita TBC paru
dapat dengan mudah menularkan kuman TBC ke orang lain dan kuman TBC
terus merusak jaringan paru sampai menimbulkan gejala-gejala yang khas
saat penyakitnya telah cukup parah.
Pengobatan Penyakit TBC
Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik,
terutama di daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan
berupa foto rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah, juga
tes tuberkulin (mantoux/PPD). Pengobatan TBC adalah pengobatan jangka
panjang, biasanya selama 6-9 bulan dengan paling sedikit 3 macam obat.
Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk
meminum obat dan kontrol ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi
biasanya setelah 2-3 pekan meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang
sehingga pasien menjadi malas meminum obat dan kontrol ke dokter.
Jika pengobatan TBC tidak tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya
karena sering kali obat-obatan yang biasa digunakan untuk TBC tidak
mempan pada kuman TBC (resisten). Akibatnya, harus diobati dengan
obat-obat lain yang lebih mahal dan "keras". Hal ini harus dihindari
dengan pengobatan TBC sampai tuntas.
Pengobatan jangka panjang untuk TBC dengan banyak obat tentunya akan
menimbulkan dampak efek samping bagi pasien. Efek samping yang biasanya
terjadi pada pengobatan TBC adalah nyeri perut, penglihatan/pendengaran
terganggu, kencing seperti air kopi, demam tinggi, muntah, gatal-gatal
dan kemerahan kulit, rasa panas di kaki/tangan, lemas, sampai mata/kulit
kuning.
Itu sebabnya penting untuk selalu menyampaikan efek samping yang timbul
pada dokter setiap kali kontrol sehingga dokter dapat menyesuaikan
dosis, mengganti obat dengan yang lain, atau melakukan pemeriksaan
laboratorium jika diperlukan.
Pengobatan untuk penyakit-penyakit lain selama pengobatan TBC pun
sebaiknya harus diatur dokter untuk mencegah efek samping yang lebih
serius/berbahaya. Penyakit TBC dapat dicegah dengan cara:
- Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.
- Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang sehat, dan berolahraga.
- Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin ini secara rutin diberikan pada semua balita.
- Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan
diobati, dapat kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya
dan menjaga kesehatan tubuhnya.
Semoga informasi mengenai gejala penyakit TBC, faktor penyebab dan cara
pencegahan di atas bermanfaat buat anda yang membutuhkan informasi
tersebut.