Anak Autis perkembangannya dari tahun ke tahun semakin bertambah. Angka kejadian anak dengan autisme ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. 1 dari 700 anak telah tercatat sebagai penderita autisme. Ada beberapa hal yang diindikasikan sebagai
penyebab autis ini yang dikatakan banyak ahli dalam bidang kesehatan dan psikologi juga. Mengenali akan tanda ciri anak dengan autis juga perlu untuk diketahui oleh para orang tua.
Pengertian autisme adalah merupakan gangguan yang parah dalam bidang kemampuan komunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada anak usia tiga tahun pertama, ketidakmampuan dalam berkomunikasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain. Ini adalah definisi menurut Sarwindah, 2002. Sehingga orang awam sering mengenalnya anak yang seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri.
Penyebab autisme secara pastinya memang tidak diketahui karena apa. Akan tetapi ilmuwan ada yang mengatakan bahwasannya hal ini disebabkan karena gangguan perkembangan dan fungsi susunan syaraf pusat yang menyebabkan gangguan fungsi otak terutama dalam hal fungsi yang mengendalikan pikiran, pemahaman, dan juga komunikasi dengan orang lain. Gangguan perkembangan pertumbuhan sel otak ini terjadi pada
kehamilan 3 bulan pertama.
Dalam masalah kecerdasan anak, maka anak dengan autisme ini sekitar 60 persen mempunyai IQ di bawah 50, sedangkan 20% nya mempunyai kecerdasan berkisar antara 50-70, sedangkan sisanya memiliki IQ lebih dari 70%.
Dalam beberapa studi yang dilakukan hal yang menyebabkan anak menjadi autisme adalah :
- Alergi Makanan.
- Terpapar dari racun sekitar lingkungannya.
- Akibat dari pemberian vaksin dengan jenis tertentu.
- Akibat penumpukan ragi(yeast) dalam saluran pencernaan.
Lalu bagaimana kita bisa mengenali akan
ciri-ciri anak dengan autis ini selanjutnya. Karena autisme ini adalah merupakan sindroma(kumpulan gejala) pada kelainan dalam hal perilaku maka ada beberapa tanda yang bisa menunjukkan bahwa seorang anak menyandang gangguan semacam ini.
Berikut adalah beberapa
tanda anak autisme yaitu :
- Anak akan cenderung untuk menunjukkan kontak mata yang jarang sekali dengan orang lain. Umumnya akan disertai dengan perilaku semacam senang menyukai akan sinara atau benda yang bersifat gemerlapan.
- Dalam masalah di bidang penginderaan, anak akan menunjukkan hal-hal yang dinilai kurang wajar. Contohnya adalah sibuk untuk mengamati mainan atau benda bulat yang ada didepannya selama berjam-jam lamanya.
- Dalam beberapa kasus, anak bahkan tidak mau berbicara walaupun sang anak bisa mengelurkan suara. Hanya saja suara yang dikeluarkan sang anak tidak jelas bahkan cenderung ke arah teriakan-teriakan.
- Penyandang autis tidak mampu dalam memahami akan arti bahasa tubuh ataupun bahasa non verbal dalam melakukan komunikasi.
- Cenderung untuk mengeksplorasi lingkungannya dengan indera tubuh seperti pengecapan, penciuman da peraba dibandingkan indera lainnya. Ketika memegang suatu benda, sang anak lebih suka untuk mencium baunya terlebih dahulu.
- Suka berjalan berjingkat, melambaikan tangan dan mengoyang-goyangkan badan dengan ekspresi wajah yang tidak semestinya.
- Kurang dalam hal perasaan atau pun memahami perasaan dan emosi anak lainnya serta orang lain di sekitarnya karena cenderung asyik dalam dunianya sendiri.
Dari hal tersebut di atas maka dapat kita simpulkan bahwa
autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, dan merupakan gangguan perkembangan yang kompleks, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, tingkatan ekonomi, tingkat sosial, tingkat pendidikan, serta juga letak geografis tempat tinggal, maupun dari jenis makanan.
Ada beberapa
terapi anak autis yang umumnya dilakukan dalam rangka
pengobatan autisme ini. Beberapa therapi yang diterapkan pada anak dengan penyandang kelainan perilaku komunikasi ini adalah terapi perilaku, terapi wicara, pengobatan biomedik, terapi makanan dan juga integrasi sensori.
Artikel terkait :